Lompat ke konten

Menikmati Indahnya Danau Gunung Tujuh Tertinggi di Asia Tenggara

Akhirnya saya berkesempatan menikmati Danau Gunung Tujuh. Danau ini adalah danau Tertinggi di Asia Tenggara dan merupakan tempat ke dua petualangan saya di Bumi Kerinci. Setelah mendaki Gunung Kerinci yang merupakan gunung tertinggi nomor 2 di Indonesia.

Danau ini terletak di daerah Kab. Kerinci Provinsi Jambi, tepatnya di desa Palompek, Kec. Kayu Aro. Kecamatan yang sama dengan tempat pendakian gunung Kerinci. Sama seperti pendakian ke Gunung Kerinci, saya bersama teman – teman Kaskus Regional Riau Raya dan United Indonesia Pekanbaru. Dan yang pasti, saya adalah anggota tim hore :))

Danau Gunung Tujuh – Sekilas

Danau gunung tujuh
Menunggu maakan selesai

Destinasi wisata ini merupakan danau yang memiliki panorama hijau, udara yang bersih, dan tidak lupa air yang jernih yang membuat saya dan teman – teman yang lain enggan beranjak dari danau ini. Danau ini juga sering di sebut jantung Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Danau ini merupakan danau Caldera tertinggi di Asia Tenggara yang terletak di puncak Gunung Tujuh. Berada di ketinggian 1.950 meter di atas permukaan laut, dan dengan ketinggian hampir 2 kilometer dpl itu bisa dibayangkan betapa dinginnya air ditempat ini pada pagi hari. Meskipun begitu, saya dan teman – teman tetap berendam dengan air yang sangat dingin, setidaknya menjadi tantangan sendiri bagi para saya. Keindahan lokasi ini terasa lebih lengkap karena dikelilingi oleh tujuh gunung, yaitu Gunung Hulu Tebo (2.525 mdpl), Gunung Hulu Sangir (2.330 mdpl), Gunung Madura Besi (2.418 mdpl), Gunung Lumut yang ditumbuhi berbagai jenis Lumut (2.350 mdpl), Gunung Selasih (2.230 mdpl), Gunung Jar Panggang (2.469 mdpl), dan Gunung Tujuh itu sendiri (2.735 mdpl). Di beberapa gunung ini terdapat sumber air, yang menyebabkan air di danau ini tidak pernah habis.

Baca Juga  Air Terjun Badorai - Sumatera Barat

Perjalanan.

Perjalan saya ke destinasi indah ini di mulai dari home stay paiman, tempat saya menginap sebelumnya. Kali ini saya tidak membawa carrier, saya hanya membawa celana pendek yang sudah saya pakai di dalam celana panjang saya, dan juga mantel hujan. Karena menurut info masyarakat disana, cuaca sering hujan. Perjalan ke tempat ini juga cuma satu hari saja. Peralatan buat makan – makan sudah di atur teman saya yang lain.

Kita mulai dari pos pertama, yaitu pos Pendakian untuk mengurus izin naik ke Danau. Saya lupa berapa ketika membayar retribusi, antara 2000 – 5000 Rupiah. Saya dan teman – teman bergegas menuju gerbang pendakian TNKS Resort Gunung Tujuh. Beberapa teman – teman saya juga berselfie ria, mengabadikan momen yang bakal tak terlupakan. Medan awal yang di lalui masih datar dan berbatu. Pemandangan kebun sayur warga menghiasi perjalanan kami. Untuk cuaca pagi ini lumayan dingin. Sebagai tim hore, keadaan jalan seperti ini masih bisa saya atasi dengan baik 😀 .

Setelah berjalan melewati perkebunan warga, selanjutnya jalan yang di hadapi memilih persimpangan yang bercabang. Tapi sewaktu pendaftaran tadi kami telah di beritahu untuk lewat jalur yang aman dan sering dilalui. Ada tanda panah/ bekas panah, jejak dan tali yang menunjukkan jalan tersebut sering dilalui. Terus berjalan, akhirnya barulah perjuangan dimulai. Pendakian yang sebenarnya, dengan trek daki yang licin dan pemandangan ke atas yang tak ada ujungnya.

Selama pendakian suara nyanyian burung menemani saya dan teman – teman. Saya juga mendengar suara siamang yang rame di hutan gunung ini. Selama perjalanan saya dan teman – teman saya juga bercerita ngalur ngidul, bercanda, sehingga semakin tidak kelihatan ujung puncak gunung ini. Akhirnya saya mengambil inisiatif berjalan sendiri tanpa teman – teman. Setidaknya dengan berjalan sendiri saya bisa lebih cepat sampai ke danau ini. Itu semua terbukti, ketika saya sampai nomor 4 dari 13 orang di Puncak Gunung Hulu Jujuhan (2.732 mdpl).

Makan bersama

Saya beristirahat sebentar, karena ini memang di luar dugaan. Perut, dan kaki saya sakit. Efek orang gemuk mungkin. Selanjutnya saya mencoba teriak untuk mengetahui kondisi teman – teman saya yang sudah duluan lanjut ke danau, untuk memastikan jalan yang saya lalui benar.

Baca Juga  Tips Wisata Tahun Baru Agar Lebih Seru dan Nyaman

Ternyata setelah di puncak kita harus turun sekitar 15 – 20 menit melalui jalan menurun yang cukup terjal, karena menggunakan akar pohon. Cukup berhati – hati juga, seiring saya mendengar suara aliran air yang begitu tenang.

Saya bergegas turun, hampir saja saya terpeleset, namun saya sigap dengan memegang pohon sekitar. Ketika hampir sampai, mata saya berbinar, pemandangan danau gunung tujuh yang asri sudah di depan mata. Niat saya harus tercapai. Niat untuk mandi di danau ini. Lelah selama pendakian hilang begitu saja, air yang bercahaya karena sinar matahari, dan tenang bergelombang pelan tanpa riak. Saya juga melihat beberapa tenda yang sudah ada, jadi saya juga berpikir bakal mendapat teman baru.

 

Kegiatan Kami

Asyiknya berenang

Wow !! akhirnya sampai juga di destinasi indah ini. Saya dan teman – teman yang sudah duluan sampai bergegas mendirikan tenda. Hingga saya sudah tidak sabar, segera melepas baju kaos untuk segera melompat ke danau gunung tujuh ini. Sebelum saya melompat, saya sempat di beritahu oleh petualang lainnya bahwa air danau ini hangat. Saya sempat bingung apa iya, namun itu semua berubah, ketika saya melompat ke danau ini. Air Danau ini dingin !!!! Saya tertipu !!! nampak dari kejauhan teman – teman tadi tertawa. Saya mana bisa marah.. yang ada saya BAHAGIA !!! dapat menikmati, berenang di danau tertinggi di Asia Tenggara. Walaupun sangat dingin dan menggigil saya tetap menikmatinya. Malah saya kelewatan ga ngebantu teman – teman masak, karena terlalu larut mandi di danau ini. Sambil menunggu teman – teman yang lain masak, saya berfoto ria mengabadikan gambar yang bisa di banggakan ketika pulang nanti.

Baca Juga  Objek Wisata Riau, Ini Dia Daftarnya

Danau Gunung Tujuh – Pulang

mencoba naik perahu

Setelah 2 jam menikmati dan merasakan sensasi dingin dan keramah tamahan alam danau ini, saat nya pulang. Saya tetap jalan duluan karena saya termasuk tim hore. Kalau saya lambat bisa – bisa di tinggal :)) . Saat turun gunung, nampak langit mulai mendung menambah rasa dingin yang menusuk kulit. Dengan tetap hati – hati saya berlari kecil turun ke bawah. Ada kejadian lucu, tapi alhamdulillah ga kenapa kenapa. Saya terpeleset dan celana saya bolong. Tapi finally, saya sampai nomor 1. Baru kali ini saya memimpin saudara – saudara. Sampai di pos aya sempatin minum teh hangat sambil menunggu teman – teman yang lain. Sempat khawatir karena tiba – tiba cuaca berubah menjadi hujan lebat. Alhamdulillah teman – teman sampai juga dengan waktu lebih lama 1 jam dari saya. Setelah bersih – bersih kami melanjutkan perjanan ke home stay paiman tempat kami menginap.

*sayangnya kamera saya rusak, jadinya foto foto berkurang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!