Lompat ke konten

Danau Kaco – Surga Tersembunyi di Bumi Kerinci

Danau Kaco bisa dikatakan sebuah surga tersembunyi di Bumi kerinci. Destinasi yang indah ini adalah tempat ketiga petualangan saya di Bumi Kerinci. Setelah Gunung Tujuh. Tempat ini merupakan sebuah telaga yang memiliki air sebening kaca, serta keindahan dan keasrian alam di sekitarnya. Lokasinya berada di desa Lempur, Kec. Gunung Raya, Kabupaten Kerinci. Sama seperti perjalanan ke Gunung Tujuh, saya bersama teman – teman Kaskus Regional Riau Raya dan United Indonesia Pekanbaru. Sama seperti sebelumnya, saya adalah anggota tim hore :))

Danau Kaco – Sekilas

Kabupaten Kerinci yang terletak paling barat di wilayah Provinsi Jambi ini memiliki banyak keindahan alam yang luar biasa. Ini terbukti dengan banyaknya surga keindahan alam yang ada di kabupaten ini. Salah satunya adalah tempat ini. Lokasinya berada tepatnya di Desa Lempur, Kecamatan Gunung Raya. Kolam ini berada di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang merupakan situs warisan UNESCO. Tidak ada yang mengetahui berapa kedalamannya, namun situ ini tidak sebesar danau – danau lainnya yang ada di Indonesia. Disini hanya memiliki luas sekitar 90 meter persegi. Destinasi wisata ini berada di ketinggian 1289 meter diatas permukaan laut. Namun yang mebuat danau ini unik dan indah adalah warna dari danau ini yang biru dan bening seperti kaca. Sangat kontras dengan warna alam di sekitar danau. Danau ini mampu memancarkan cahaya terang di malam hari, dan cahaya itu bisa semakin terang pada saat bulan purnama terjadi. Didalam danau ini juga banyak ikan semah berkembang biak.

Perjalanan

danau-kaco-kerinciPerjalanan saya ke lokasi ini di mulai dari home stay paiman, tempat saya menginap sebelumnya. Sama seperti sebelumnya, saya tidak membawa carrier, saya hanya membawa celana pendek yang sudah saya pakai didalam celana panjang saya. Karena menurut cerita dan informasi yang saya dapat, untuk ke danau ini baiknya menggunakan sepatu yang tertutup dengan baik, karena banyaknya pacet ataupun lintah. Untuk mencapai desa Lempur membutuhkan waktu lebih kurang 3 – 4 jam, tergantung kemacetan jalan. Selama perjalanan ke desa ini, saya juga menikmati pemandangan danau Kerinci. Setelah sampai di desa Lempur, saya dan teman – teman bersiap siap untuk menikmati petualangan ini, walaupun bisa di katakan anggota tubuh pada saat ini sudah lelah, namun demi menikmati danau ini, semua perasaan lelah harus hilang. Oh iya untuk memulai perjalanan ini, mobil yang saya gunakan hanya bisa sampai di sebuah bendungan air di dekat perkebunan warga. Sebelum turun saya udah melihat medan jalan yang lagi – lagi mendaki, walaupun tidak seperti pendakian sebelumnya. Perjalanan di mulai dengan melewati perkebunan warga, hutan – hutan di sekitar, dan juga jalan aspal yang rusak juga berbatu. Jalan aspal rusak ini pun berakhir di sebuah tugu seperti bambu. Ya.. tugu bambu, lebih kurang 15 menit dari awal perjalan kami tadi. Setelah melewati tugu tadi kami pun terus berjalan, sesuai kekhawatiran kami sebelumnya, jalan akses menuju danau ini becek dan licin. Dan tentu saja mendaki. Tapi itu tidak mengurangi niat kami untuk tetap terus berjalan. Selama perjalanan berkali – kali saya terpeleset karena jalan yang licin dan berlumpur. Setelah hampir satu jam, saya tiba di shelter 1, masih ada beberapa teman di belakang dan tentu saja di depan saya. Saya ? saya tetap sendiri hahaha. Dengan segala keberanian dan mengikuti arah yang ada di perjalanan ini. Saya sendiri karena saya tim hore, saya ingin dengan santai dan leluasa berjalan menikmati pemandangan dan mendengarkan nyanyian burung – burung di daerah ini. berjalan, berhenti, berjalan lagi, dan berhenti lagi, ya karena fisik saya yang sudah mulai terkuras. Saya terus lalui dengan positif thinking, apa lagi di tempat seperti ini setidaknya jangan berfikiran negatif. Setelah melewati jalan yang becek akhirnya saya sampai di shelter 2, saya tak ingat lagi berapa lama untuk sampai di shelter ini. Celana yang saya pakai sudah terliahat kumuh, juga sepatu gunung yang saya pakai penuh dengan lumpur. Saya terus melanjutkan perjalanan untuk ke danau kaco, masih di hutan yang lembab, saya juga melewati hutan bambu, dan ada kejadian yang lucu, karena terlalu bersemangat, saya terpleset di sungai kecil ketika menyeberang jembatan bambu, finally basah. Untungnya saya tidak membawa handphone atau kamera karena arus sungai ini lumayan juga.

Kegiatan Kami

danau-kacoKurang lebih satu atau satu setengah jam saya berjalan kaki, dan mengikuti arahan teriakan teman yang sudah sampai duluan di lokasi, saya tergesa – gesa dan dengan nafas yang terengah engah akhirnya saya sampai ditempat indah ini. Nampak teman saya sudah pada selonjoran duluan. Saya teriak dan jongkok untuk berisitrahat sebentar. Untuk sampai danau kaco, saya harus turun perlahan. Amazing !! Danau ini biru. Danau ini bening !! Danau ini jernih !!. Danau ini indah dan cantik. Sama seperti di danau sebelumnya, saya rasanya ingin berenang. Setelah saya membersihkan celana dan sepatu dari lumpur, saya dan temana – teman berfoto bersama dan juga mencoba berenang di danau ini. Banyak juga ikan – ikan kecil berlalu lalang menambah eksotisnya danau ini. Tidak lupa kami memasak mie instan untuk menghangatkan badan setelah renang. Memang karena waktu yang terbatas saya dan teman – teman tidak bisa bermalam atau berkemah disini. Padahal kalau cuaca bagus dan pada saat bulan purnama, kita tidak perlua lagi memerlukan cahaya atau api unggun, karena danau ini memancarkan cahaya yang terang. Oh iya, saya tidak tau berapa kedalaman dasar danau ini, yang jelas ga ada ujungnya kayanya hahaha. Saya sempat berfikir kenapa danau ini bisa biru cantik dan memukau. Secara ilmiah, perubahan warna air sejumlah danau di dunia disebabkan banyak hal. Di antaranya dipengaruhi oleh kandungan mineral, jenis lumut, dan batu-batuan di dalam kawah tersebut. Selain itu, perubahan warna air danau juga sebagai dampak dari proses unsur kimia tanah. Tapi bagaimana dengan danau ini  ?

Danau Kaco – Pulang
Setelah menikmati mie instan dan nasi seadanya, saya bergegas untuk segera kembali ke tempat pertama kami memulai petualangan ini. Karena menurut warga setempat, cuaca di daerah ini bisa berubah seketika menjadi hujan. Nampak awan gelap sudah mulai saya lihat, dengan inisiatif dan kesepakatan dengan teman – teman, saya balik duluan sendiri. Sama seperti pendakian sebelumnya, waktu yang di butuhkan untuk kembali ke tempat start ternyata lebih cepat. Jika untuk pergi bisa menghabiskan waktu 3  – 4 jam, waktu pulang bisa lebih cepat lagi, 2 – 2.5 jam. karena akses jalan pulang yang menurun, tapi tetap saja berhati – hati karena lumpur, becek, licin, pacet senantiasa mendampingi. Sampai di bendungan tadi saya istirahat sambil menunggu teman – teman yang lain. Sempat berbincang dengan warga lokal, bermula hadirnya sebuah cerita seorang putri cantik yang ingin dipinang oleh banyak pemuda. Tanpa ragu mereka menitipkan bebatuan mulia pada Raja Gagak, ayah sang putri. Akan tetapi, keserakahan justru membuat Raja Gagak menodai putrinya sendiri. Setelah itu, putrinya pun dibenamkan ke dalam danau beserta harta pinangan tersebut. Terlepas cerita itu cuma mitos atau tidak, setidaknya cerita tersebut mampu menjaga keindahan alam kawasan ini sehingga tetap asri dan ramah. Setelah menunggu beberapa saat, teman – teman yang lain pun datang, saatnya pulang ke Pekanbaru untuk melanjutkan aktifitas. Cerita ini adalah cerita ke tiga saya di Bumi Kerinci. Jika diberikan kesempatan kembali ke danau kaco yang indah  ini tentunya akan sangat menyenangkan.

7 tanggapan pada “Danau Kaco – Surga Tersembunyi di Bumi Kerinci”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!